Table Manner & Kunjungan Industri: Langkah Nyata Poltekbos Ciptakan SDM Hospitality Unggul
November 10, 2025
Konsorsium Sultanbatara Dorong Ketahanan Pangan Lewat Semesta Panen Raya Berdikari 2025
November 28, 2025

Lima Perguruan Tinggi Pamerkan Inovasi Unggulan Berbasis Potensi Daerah di Panen Raya Berdikari

Lima Perguruan Tinggi memamerkan hasil riset unggulan berbasis potensi daerah dalam ajang Sinergi Membangun Ekosistem Strategis Terpadu dan Adaptip (SEMESTA) Panen Raya Berdikari yang berlangsung di Mall Phinisi Point, Makassar pada Sabtu (8/11).

Panen Raya Berdikari yang dilaksanakan oleh Politeknik Bosowa ini sebagai fasilitasi promosi sains dan teknologi berbasis potensi daerah dan merupakan salah satu program strategis Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi di bawah Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan  Saintek.

“Program ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Ekosistem Kemitraan yang telah dilaksanakan pada tahun 2023 dan menghasilkan draft police paper untuk pemerintah daerah melalui pendekatan foresight dan system dynamics,” ujar Dr. Isminarti selaku Penanggung Jawab Panen Raya Berdikari.

Lima Perguruan Tinggi yang memamerkan hasil risetnya adalah Politeknik Bosowa (Poltekbos), Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) Politani Pangkep, Politeknik Bombana, dan Fakultas Vokasi Unhas. Mereka tergabung dalam kelompok atau tim Berdikari.

Dari Poktekbos , memamerkan riset unggulan Solar Cell Freezer Box Terapung yan dikembangkan di Sulawesi Barat. Inovasi ini merupakan alat penyimpanan ikan beku yang memanfaatkan panel surya untuk menghasilkan energi.

Tim riset Poltekbos, Dewi Andriani mengatakan bahwa riset ini menyasar bantuan ke nelayan di Desa Orobatu, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.

“Inovasi kedua bagaimana hasil tangkapan nelayan kita buat lenih ekonomis dengan menghasilkan ikan asap. Ketiga bagaimana mengemas produk hasil tangkapan yang berkelanjutan, kita juga membuat olahan sambal dan lainnya,” kata Dewi.

Sebagai bentuk keberlanjutan program, Poltekbos melalui inovasi ini telah membina UMKM di Sulbar melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) serta membantu mereka memiliki izin usaha, hingga sertifikasi halal.

“Harusnya mereka  sudah masuk ke pasar- pasar transaksi ekonomi,” katanya.

Riset dari PNUP, menghasilkan inovasi Blochar dan Breket Arang Ramah Lingkungan yang dikembangkan di Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan limbah kelapa sebagai bisnis yang belum tersentuh teknologi.

“Yang kita ambil adalah tempurung kelapa, kita menggunakan mesin untuk skala UMKM yang dengan modal kecil bisa membuat breket dengan limbahnya itu bisa memperoleh mesin yang sederhana sesuai kapasitasmya dan mendukung pembuatan breket,” katanya.

“Kami mengangkat itu dengan teknologi tepat guna, dalam proses membuat serangkaian mesin mulai dari mesin pengayak, klasternya, mixer, blending, forming, rompeor dan hasilnya kita serahkan di salah satu industri di Pinrang. Targetnya ini akan menjadi program pertama yang di ekspor ke luar negeri,” tambah Dr. Baso yang juga merupakan ketua program.

Dari Politeknik Bombana, memamerkan inovasi EcoFeed Amino – Pakan Ikan Berbasis Limbah Kulit Sapi yang dikembangkan di Sulawesi Tenggara.

Tim riset, Abdul Majid mengatakan di Bombana banyak rumah potong hewan yang tidak memanfaatkan kulit sapi dan dibuang begitu saja, untuk itu ia melakukan riset dengan memanfaatkan kulit sapi sebagai produk yang bernilai ekonomi tinggi dengan bekerja sama salah satu perusahaan dari Malang yang khusus mengolah pangan berbahan kulit sapi.

“Dengan menggunakan alat sederhana bisa mendapatkan prodak bernilai tinggi, kita harapkan inovasi ini bisa kami ajarkan ke masyarakat dengan metode dan peralatan yang sederhana,” katanya.

Inovasi berikutnya yaitu ZAPA Emas (zat pewarna alam batik). Dikembangkan di Sulawesi Selatan oleh tim riset Politani Pangkep.

Tim riset Dr Zulfitriany D. Mustaka mengatakan pewarna untuk tekstil ini berasal dari bahan dasar limbah pertanian berupa sabuk kelapa, kulit rambutan, kulit manggis, biji alpukat dan kayu secang. Limbah ini kemudian menghasilkan masing masing warna tergantung dari proses pengeringan yang dilakukan.

“Riset dilakukan selama enam bulan di laboratorium dan sekarang untuk riset lapangan kita korelasikan dengan pembatik. Kita akan masuk ke kabupaten – kabupaten yang siap mengadopsi kemudian bantu meriset kemampuannya,” ujar Dr. Zul sapaannya.

Ia menambahkan, berkat inovasi tersebut ia mendapatkan undangan memamerkan hasil riset tersebut di Turky 2026 mendatang.

“Di sisi lingkungan produk pewarna telah kami uji kemudian langkah yang kami lakukan kami membuka diri ketika ada desa yang ingin membangun industri ini, fokus kami saat ini di Sinjai dan bagaimana riset ini membangun perekonomian di Sulsel,” jelasnya

Sementara itu dari Unhas (In Saintek), memperkenalkan riset unggulan yang berfokus pada edukasi dan literasi kepada masyarakat dengan menyasar siswa SMA dan pengrajin logam.

“Kegiatan kami bagaimana mengintegrasikan bidang metarulugi ke pembalajaran siswa, kami sudah melakukan di beberapa SMA dan kami melakukan FGD kita eksrack yang mana yang bisa diajarkan dan ternyata banyak yang ketemu. Kedua ke pengrajin logam,” ujar tim riset Unhas.